Keputusan Federal Reserve baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran baru tentang stagflasi—dilema ekonomi yang ditandai oleh inflasi tinggi, pertumbuhan yang lemah, dan meningkatnya pengangguran. Dengan inflasi yang meningkat dan pertumbuhan upah yang meningkat, ekonomi tampaknya menuju krisis yang mengingatkan kita pada tahun 1970-an. Berikut ini adalah uraian situasi yang sedang berlangsung dan implikasinya.
Inflasi: Kebangkitan yang Mengkhawatirkan
Inflasi inti tetap di atas 3,0% selama 43 bulan berturut-turut yang mengkhawatirkan, bertentangan dengan ekspektasi stabilisasi.
🔷 Persamaan historis: Pada pertengahan 1970-an, inflasi mencapai puncaknya di dekat 12%, turun ke 4%, tetapi kembali meningkat drastis pada 1980. Lintasan inflasi saat ini sejak 2020 mencerminkan pola yang meresahkan ini.
🔷 Peningkatan terkini:
Inflasi PCE tahunan 1 bulan mendekati 4%.
Inflasi PCE tahunan 3 bulan kembali di atas 2%, menandakan tekanan ke atas yang berkelanjutan pada harga.
Pelonggaran Moneter: Bahan Bakar Inflasi
🔷 Setelah Fed beralih ke pemangkasan suku bunga, kondisi keuangan mereda secara drastis, sehingga melemahkan dampak kenaikan suku bunga sebelumnya.
Relaksasi ini secara tidak sengaja telah memungkinkan kekuatan inflasi kembali menguat.
Pertumbuhan Upah: Pedang Bermata Dua
🔷 Metrik upah, yang awalnya merupakan tanda pemulihan ekonomi, mulai bangkit menuju pertumbuhan 4%—jauh di atas rata-rata pra-pandemi sebesar ~2%.
🔷 Biaya tenaga kerja yang meningkat dibebankan kepada konsumen, yang selanjutnya mendorong harga menjadi lebih tinggi. Apa yang tampak seperti kemenangan bagi pekerja dapat memperburuk inflasi.
Perjuangan Pasar Tenaga Kerja
🔷 Pengangguran di kalangan muda melonjak hingga 9,5%, tertinggi sejak Agustus 2021, yang mencerminkan melemahnya pasar kerja.
🔷 Revisi penggajian nonpertanian menunjukkan lebih dari 1 juta pekerjaan lebih sedikit daripada yang dilaporkan sebelumnya pada tahun lalu, suatu tanda pertumbuhan pekerjaan yang terlalu tinggi.
Tanda-tanda Stagflasi Muncul
🔷 Pertumbuhan upah, tekanan inflasi, dan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja mengarah pada stagnasi ekonomi, yang mengingatkan pada krisis ekonomi tahun 1970-an.
🔷 Pelacak Pertumbuhan Upah AS Indeed menunjukkan upah meningkat kembali, tidak kembali ke tingkat pertumbuhan sebelum pandemi, sehingga menambah kekhawatiran inflasi.
Risiko Resesi Meningkat
🔷 Hasil obligasi pemerintah meroket, karena pasar bersiap menghadapi inflasi berkepanjangan dan tindakan Fed yang tertunda.
🔷 Harga minyak anjlok, memperumit prospek ekonomi dan meningkatkan kemungkinan resesi.
🔷 Suku bunga hipotek:
Meskipun Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan September dan 25 basis poin pada bulan Oktober, suku bunga hipotek telah melonjak melewati 7%, dengan proyeksi akan segera mencapai 8%+.
Krisis yang Akan Terjadi?
🔷 Ketua Fed Jerome Powell telah mengakui keraguan Fed, dengan menyatakan tidak ada waktu untuk terburu-buru menurunkan suku bunga. Ini menandakan adanya kesalahan, tetapi apakah sudah terlambat?
🔷 Tujuan utama Fed untuk menghindari stagflasi—kombinasi mematikan antara meningkatnya pengangguran dan inflasi—tampaknya mulai sirna.
Kesimpulan: Pelajaran dari tahun 1970an
🔷 Lintasan ekonomi saat ini mencerminkan pola yang meresahkan pada tahun 1970-an. Inflasi kembali meningkat, pertumbuhan upah memperparah biaya, dan pengangguran terus meningkat.
🔷 Jika Fed tidak bertindak tegas, AS berisiko terulang kembali gejolak ekonomi tahun 1980-an—yang ditandai dengan suku bunga dua digit, inflasi yang melonjak, dan stagnasi.
Bulan-bulan mendatang sangat penting. Akankah Fed menavigasi perairan yang berombak ini secara efektif, atau apakah kita ditakdirkan untuk era stagnasi ekonomi yang baru? Taruhannya tidak pernah setinggi ini.