Seorang investor dengan 900.000 USDT, bersiap untuk mencairkan melalui transaksi tunai offline. Uji coba kecil, konfirmasi uang tunai, semua tahap dilakukan dengan sangat hati-hati, namun tetap terjebak dalam sebuah perangkap yang dirancang dengan cermat. Akhirnya, bukan hanya mata uang virtual yang masuk ke dalam lubang hitam, tetapi bahkan 900.000 tunai di atas meja juga terpaksa hilang karena tidak bisa dibuktikan..."#BabyMarvin合约
Ini bukanlah sebuah kasus yang terisolasi. Dengan semakin maraknya perdagangan mata uang virtual, kasus pencucian uang oleh pelaku kejahatan melalui berbagai cara semakin banyak, yang menyebabkan banyak trader normal terjebak. Misalnya, baru-baru ini ada investor yang setelah mencairkan 2 juta, akunnya dibekukan secara bersamaan oleh 43 instansi kepolisian, dan waktu pencairan tidak kunjung jelas.
Justru karena berbagai risiko dalam perdagangan online, semakin banyak orang beralih ke perdagangan tunai offline. Namun, perdagangan offline yang tampak aman, memiliki krisis yang lebih besar di dalamnya.
Baru-baru ini terjadi sebuah kasus klasik: seorang investor membawa 900.000 worth USDT siap untuk mencairkan, untuk menghindari risiko pembekuan akun, ia diperkenalkan kepada pembeli untuk melakukan transaksi tunai offline. Proses transaksi tampak ketat: pertama melakukan uji coba kecil untuk memastikan alamat benar, konfirmasi uang tunai, semuanya tampak sempurna. Namun masalah muncul - setelah penjual menyelesaikan transfer USDT yang tersisa, pembeli segera menghapus aplikasi dompet, dan dengan tegas membantah menerima koin apapun.
Yang lebih mengkhawatirkan, pembeli telah menjebak dengan rencana yang sistematis: berkomunikasi melalui Telegram tanpa meninggalkan jejak, dan bisa menghapus riwayat percakapan secara dua arah. Setelah melapor ke polisi, 900.000 tunai meskipun disita, tetapi karena tidak dapat dibuktikan, uang ini pada akhirnya akan kembali ke tangan penipu melalui proses hukum.#BabyMarvin合约f9c7