Aliansi yang berkuasa kehilangan mayoritas kursi, mencetak kinerja terburuk dalam 15 tahun.
Menurut media terkenal Jepang (NHK), pemilih Jepang pada pemilihan Majelis Rendah hari Minggu memberikan hukuman berat kepada Partai Liberal Demokratik (LDP) dan aliansi Komeito yang telah lama berkuasa, membuat ekonomi terbesar keempat di dunia ini terjebak dalam ketidakpastian politik yang jarang terjadi. LDP dan Komeito hanya mendapatkan 215 kursi dari 465 kursi di Majelis Rendah, di bawah mayoritas yang diperlukan yaitu 233 kursi, ini adalah pertama kalinya sejak 2009 aliansi yang memerintah gagal mendapatkan mayoritas kursi.
Sumber gambar: NHK Partai Liberal Demokratik dan Partai Komeito hanya mendapatkan 215 kursi dari 465 kursi di Majelis Rendah, di bawah mayoritas yang diperlukan yaitu 233 kursi.
Hasil pemilu ini memberikan pukulan berat bagi Perdana Menteri Shigeru Ishiba yang baru menjabat, yang awal bulan ini mengambil risiko membubarkan parlemen untuk pemilu lebih awal, tetapi hasilnya justru berlawanan. Shigeru Ishiba menyatakan bahwa pemilih telah memberikan "penilaian keras" terhadap partainya, dan ia mengakui perlunya merenungkan untuk memenuhi kehendak rakyat. Ia juga menunjukkan bahwa pemilih mengharapkan Partai Liberal Demokratik "merenung dan menjadi partai yang sesuai dengan kehendak rakyat."
Kursi partai oposisi meningkat drastis, prospek pembentukan kabinet tidak jelas.
Partai oposisi utama, Partai Konstitusi Demokratik (CDP), telah mencapai kemajuan signifikan dalam pemilu ini, meningkat dari 98 kursi sebelum pemilu menjadi 148 kursi. Pemimpin partai Noda Yoshihiko menyatakan: "Tujuan kami adalah memecahkan mayoritas kursi partai penguasa, tujuan ini telah tercapai, ini adalah pencapaian besar." Namun, partai oposisi masih belum dapat memperoleh cukup kursi untuk membentuk pemerintahan, yang membuat prospek politik Jepang semakin tidak jelas.
Untuk melanjutkan pemerintahan, Partai Liberal Demokratik mungkin perlu membentuk pemerintahan koalisi dengan partai lain, atau mencoba untuk berkuasa sebagai pemerintahan minoritas. Namun, dalam hal apapun, posisi Perdana Menteri Shigeru Ishiba mungkin terancam, dan jalan untuk membentuk kabinet dipenuhi tantangan. Analis menunjukkan bahwa perbedaan kebijakan di antara partai oposisi membuat mereka sulit untuk bersatu membentuk pemerintahan, sementara posisi lemah Partai Liberal Demokratik juga akan menempatkannya dalam posisi yang kurang menguntungkan saat membentuk aliansi.
Tekanan ekonomi dan terjerat skandal memicu ketidakpuasan pemilih.
Hasil pemilu ini mencerminkan ketidakpuasan masyarakat Jepang terhadap aliansi yang berkuasa. Meningkatnya biaya hidup, inflasi, dan skandal dana politik senilai jutaan dolar yang melibatkan Partai Liberal Demokratik menyebabkan pemilih mengekspresikan ketidakpuasan yang kuat saat memberikan suara. Skandal tersebut melibatkan beberapa faksi dalam partai yang gagal melaporkan pendapatan secara benar, dan bahkan dituduh menggunakan uang yang dikumpulkan sebagai komisi untuk membayar anggota parlemen.
Mantan Perdana Menteri Kishida Fumio berusaha mengendalikan kerusakan dengan mengganti beberapa menteri kabinet dan membubarkan faksi di dalam Partai Liberal Demokratik, tetapi akhirnya terpaksa mengumumkan pada bulan Agustus bahwa ia tidak akan mencalonkan diri lagi. Setelah Shigeru Ishiba menjabat, meskipun ia mencoba mendorong serangkaian reformasi, termasuk memberikan bantuan keuangan kepada keluarga berpenghasilan rendah, meningkatkan upah minimum, dan meremajakan ekonomi daerah, langkah-langkah ini tidak berhasil mendapatkan kembali kepercayaan pemilih.
Ketidakpastian politik semakin meningkat, prospek ekonomi mengkhawatirkan.
Hasil pemilu membuat Jepang terjebak dalam kebuntuan politik, dengan partai-partai politik akan memulai persaingan kekuasaan yang sengit dalam beberapa minggu mendatang untuk membentuk pemerintahan baru. Ketidakpastian ini memicu kekhawatiran pasar, dan nilai tukar yen jatuh ke level terendah dalam tiga bulan pada hari Senin, karena investor khawatir bahwa ketidakstabilan politik akan mempengaruhi pembuatan kebijakan ekonomi.
Sumber gambar: Google Finance Jepang terjebak dalam kebuntuan politik, memicu kekhawatiran pasar, nilai tukar yen jatuh ke level terendah dalam tiga bulan pada hari Senin.
Sebagai kekuatan stabilitas politik di kawasan Asia dan sekutu terpercaya Amerika, perubahan politik Jepang tidak hanya mempengaruhi domestik, tetapi juga menarik perhatian masyarakat internasional. Aliansi pemerintah yang baru perlu segera memulihkan stabilitas politik untuk dapat secara efektif menghadapi tantangan ekonomi domestik dan ancaman keamanan eksternal. Analis memperingatkan bahwa ketidakpastian politik dapat melemahkan kemampuan pemerintah untuk melaksanakan reformasi ekonomi dan mempengaruhi hubungan kerjasama dengan sekutu utama seperti Amerika Serikat.
【Pernyataan Penafian】Pasar memiliki risiko, investasi harus dilakukan dengan hati-hati. Artikel ini bukan merupakan saran investasi, pengguna harus mempertimbangkan apakah setiap pendapat, pandangan, atau kesimpulan dalam artikel ini sesuai dengan kondisi spesifik mereka. Berinvestasi berdasarkan ini, risiko ditanggung sendiri.