Dana mata uang kripto yang dicuri dilaporkan mendanai lebih dari separuh program nuklir dan rudal Korea Utara.

Studi Mengungkap Kejahatan Kripto yang Sangat Besar

Sebuah studi terkini oleh Microsoft mengungkapkan bahwa peretas Korea Utara telah mencuri lebih dari $3 miliar dalam bentuk mata uang kripto sejak tahun 2017. Pada tahun 2023 saja, jumlah yang dicuri dalam bentuk kripto berkisar antara $600 juta hingga $1 miliar.

Laporan Pertahanan Digital Microsoft 2024 menyoroti kompleksitas ancaman dunia maya global, yang didorong oleh meningkatnya jumlah serangan yang menargetkan kripto.

Mata Uang Kripto Membiayai Program Senjata Korea Utara

Menurut laporan tersebut, dana kripto yang dicuri tersebut diduga digunakan untuk membiayai lebih dari setengah program nuklir dan rudal Korea Utara. Anne Neuberger, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, mencatat bahwa Korea Utara semakin mengandalkan taktik ini.

Korea Utara menggunakan mata uang kripto untuk menghindari sanksi internasional dan mendukung ambisinya untuk memproyeksikan kekuatan geopolitik melalui senjata nuklir dan rudal balistik.

Kelompok Peretas Besar Korea Utara

Sejak 2023, Microsoft telah mengidentifikasi tiga kelompok peretas utama Korea Utara: Jade Sleet, Sapphire Sleet, dan Citrine Sleet. Kelompok-kelompok ini khususnya aktif dalam menargetkan organisasi yang berurusan dengan mata uang kripto.

Selain itu, pelaku ancaman baru Korea Utara, Moonstone Sleet, mengembangkan ransomware miliknya sendiri yang disebut FakePenny. Ransomware ini disebarkan di organisasi pertahanan dan kedirgantaraan setelah mengekstraksi data sensitif dari jaringan yang disusupi.

Analis Microsoft mencatat bahwa munculnya kelompok ancaman ini menandakan meningkatnya ketergantungan pada kejahatan dunia maya untuk memperkuat sumber daya keuangan Korea Utara.

Ancaman Lainnya: Kelompok Peretas Iran dan Rusia

Selain peretas Korea Utara, laporan Microsoft mengidentifikasi aktor ancaman Iran yang semakin banyak menggunakan operasi siber untuk keuntungan finansial.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa hal ini menandai perubahan dari perilaku sebelumnya, di mana serangan ransomware yang tampaknya bermotif finansial sebenarnya bersifat merusak.

Iran sangat berfokus pada Israel, terutama setelah pecahnya perang antara Israel dan Hamas. Aktor-aktor Iran juga menargetkan Amerika Serikat dan negara-negara Teluk, termasuk Uni Emirat Arab dan Bahrain.

Sementara itu, kelompok peretas Rusia telah mengintegrasikan lebih banyak malware komoditas ke dalam operasi mereka dan mendukung upaya spionase cyber untuk organisasi kriminal.

#cyberattacks , #Cryptoscam , #digitalsecurity , #northkorea , #CryptoNews🚀🔥

Tetap selangkah lebih maju – ikuti profil kami dan tetap terinformasi tentang segala hal penting di dunia mata uang kripto!

Melihat:

,,Informasi dan pandangan yang disajikan dalam artikel ini ditujukan semata-mata untuk tujuan pendidikan dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat investasi dalam situasi apa pun. Konten halaman ini tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau bentuk nasihat lainnya. Kami memperingatkan bahwa berinvestasi dalam mata uang kripto dapat berisiko dan dapat menyebabkan kerugian finansial.