Komunitas teknologi dan kripto terguncang oleh kejadian yang tiba-tiba dan tidak terduga. FTX, yang pernah menjadi bursa mata uang kripto terbesar kedua secara global, berkembang pesat hingga mengajukan kebangkrutan dalam rentang waktu seminggu. Tim investigasi, dipimpin oleh David Jeans dan Sarah Emerson, memulai perjalanan untuk mengungkap misteri yang menyelimuti krisis ini dan menemukan jaringan penipuan, manipulasi, dan ketidakstabilan keuangan yang kompleks.

Bencana FTX, dan hubungannya dengan Sam Bankman-Freed, seorang tokoh besar di dunia kripto, menimbulkan pertanyaan penting. Bagaimana perusahaan dengan skala dan janji sebesar itu bisa menemui ajalnya? Apa yang membuat investor cerdas dan mapan, termasuk Sequoia, SoftBank, dan Ontario Teacher Pension Plan, menaruh kepercayaan dan dana mereka pada FTX?

Naik turunnya FTX yang menakjubkan adalah contoh nyata dari rasa takut ketinggalan (FOMO) yang dapat mencengkeram investor paling berpengalaman sekalipun. Mirip dengan kasus Theranos yang terkenal, di mana investor dengan bersemangat menggelontorkan jutaan dolar ke dalam perusahaan tanpa uji tuntas, FTX menarik sejumlah besar modal dengan memproyeksikan dirinya sebagai perusahaan besar berikutnya di dunia kripto.

Bankman-Freed, yang sering dianggap sebagai wajah FTX, berperan penting dalam menciptakan aura ini. Kemampuannya mengumpulkan miliaran dolar dari investor terkemuka mengukuhkan reputasi FTX sebagai game changer. Namun di balik fasad ini terdapat sistem rumit yang membuat investor memiliki lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Kurangnya transparansi dan pengawasan, yang tidak biasa terjadi pada perusahaan yang mencari investasi besar, menjadi jelas. Khususnya, FTX dibangun menjadi kerajaan senilai $32 miliar tanpa ada investor di dalamnya, sebuah fenomena langka di dunia korporat.

Salah satu kekhawatiran signifikan yang muncul selama penyelidikan adalah penggunaan simpanan nasabah dari FTX untuk mendanai Alameda, dana lindung nilai terkait. Dugaan menunjukkan simpanan nasabah ini mungkin telah digunakan untuk investasi spekulatif, suatu aktivitas yang dilarang oleh lembaga keuangan standar. Pertanyaan apakah tindakan ini melanggar hukum kini sedang diawasi oleh lembaga-lembaga AS, meskipun tantangan yurisdiksi terkait dengan operasi lepas pantai FTX menambah kompleksitas penyelidikan.

Di tengah pengungkapan tersebut, terlihat jelas bahwa Sam Bankman-Freed memproyeksikan kepribadian yang membuatnya menjadi sosok yang sangat disukai dan karismatik. Caranya yang tidak lazim dalam menjelaskan konsep kripto yang kompleks dalam wawancara, seperti pertanian hasil, membuatnya populer. Tapi bahkan fasad ini pun punya celah. Dalam percakapan terbuka dengan Matt Levine dari Bloomberg, deskripsi Bankman-Freed tentang Alameda Research sebagai "kotak hitam" yang terus-menerus menghasilkan hasil kripto, tanpa mekanisme atau aset yang jelas, menimbulkan kekhawatiran akan skema Ponzi.

Selain itu, hubungan Bankman-Freed dengan Center for Effective Altruism, sekelompok filantropis yang berjanji untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaan mereka, menekankan niatnya untuk "berbuat baik". Namun, ketika skandal FTX terungkap, muncul pertanyaan mengenai ketulusan upaya amalnya.

Kesimpulan:

Dunia cryptocurrency tidak asing dengan cerita-cerita sensasional dan pertaruhan berisiko tinggi. Naik turunnya FTX dengan cepat, dan tokoh utamanya Sam Bankman-Freed, menjadi kisah peringatan bagi investor. Investigasi terhadap praktik perusahaan terus berlanjut, menimbulkan pertanyaan tentang legalitas, transparansi, dan tata kelola perusahaan di dunia kripto. Ketika masalah rumit ini selesai, satu hal menjadi jelas: daya tarik kripto, dipadukan dengan tokoh-tokoh karismatik, dapat membuat investor berpengalaman sekalipun rentan untuk membuat taruhan mahal.