Berikut ini adalah cerita berbeda dengan nuansa yang serupa:



Pada tahun 2005, seorang pengembang perangkat lunak berusia 25 tahun bernama Lila sangat tertarik dengan dunia kecerdasan buatan. Baru saja lulus dari sekolah pascasarjana, ia menghabiskan hari-harinya dengan membuat kode algoritma yang rumit dan mengutak-atik model pembelajaran mesin awal di kantor rumah kecilnya. Suatu malam, ia menemukan sebuah makalah tentang komputasi kuantum dan potensinya untuk merevolusi kriptografi. Terinspirasi oleh berbagai kemungkinan, Lila memutuskan untuk membuat proyeknya sendiri, memadukan AI dengan kriptografi.



Ia menghabiskan waktu berbulan-bulan merancang AI primitif yang dapat berevolusi dan beradaptasi dengan tantangan kriptografi baru. Kode yang ia tulis jauh melampaui zamannya, meskipun Lila tidak sepenuhnya memahami potensinya. Itu lebih merupakan latihan intelektualโ€”sesuatu untuk mengasah keterampilannya dan menantang dirinya sendiri.



Setelah berbulan-bulan bekerja, ia menyelesaikan proyek tersebut, menyimpannya di server cadangan, dan beralih ke usaha lain. Hidupnya menjadi lebih sibuk. Ia mengambil pekerjaan bergaji tinggi di sebuah perusahaan rintisan, pindah ke kota baru, dan proyek-proyek yang menjadi minatnya perlahan memudar. Server yang menyimpan proyek AI-nya tersimpan di gudang, terlupakan.



Tahun demi tahun berlalu, dan pada tahun 2021, dunia diramaikan dengan berbagai terobosan dalam AI dan komputasi kuantum. Lila, yang kini berusia 41 tahun, memiliki karier yang sukses, tetapi merasa jauh dari semangat inovatif yang pernah mendorongnya. Suatu malam, saat membaca sebuah artikel tentang sistem AI yang memecahkan masalah kriptografi yang rumit hanya dalam hitungan detik, ia tiba-tiba tersadarโ€”proyeknya yang telah lama ditinggalkan mungkin telah menjadi yang terdepan. AI yang ia buat bertahun-tahun lalu dapat menjadi sangat berharga dalam lanskap baru ini.



Dengan gembira, Lila bergegas ke unit penyimpanannya untuk mengambil server. Namun, saat tiba, hatinya hancur. Unit itu hampir kosong. Server, beserta beberapa kotak peralatan teknologi lamanya, hilang. Ia dengan panik menghubungi perusahaan penyimpanan dan mendapati bahwa unitnya telah dikosongkan beberapa bulan sebelumnya karena kesalahan penagihan. Semua isinya telah dilelang.



Lila menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk melacak pembeli, menawarkan hadiah, dan mencari melalui situs lelang daring, tetapi sudah terlambat. Proyek AI-nya hilang, dijual kepada penawar anonim bersama setumpuk barang elektronik lama. Pikiran itu menghantuinya: bahwa proyek yang telah ia curahkan jiwanya itu ada di luar sana, di suatu tempat, entah diabaikan atau berada di tangan seseorang yang tidak memahami nilai sebenarnya dari proyek itu.



Saat AI dan kriptografi kuantum menguasai dunia teknologi, Lila tidak dapat menghilangkan perasaan bahwa ciptaannya yang hilang bisa jadi merupakan terobosan yang ditunggu-tunggu semua orang. Meskipun kariernya terus berlanjut, ia selalu bertanya-tanya apa yang mungkin terjadiโ€”apakah AI yang ia ciptakan kini mengubah dunia, atau apakah ia hanya teronggok, terlupakan, di garasi berdebu.



Kisah Lila menjadi mitos modern di kalangan teknologi, sebuah pengingat bahwa masa depan tidak dapat diprediksi dan bahkan ide-ide paling cemerlang pun dapat luput dari genggaman kita jika kita tidak berhati-hati dalam memegangnya.

#Write2Earn! #MemeCoinTrending #BTCUptober #10MTradersLeague #NeiroOnBinance $BTC