Apple dikabarkan tengah mempersiapkan peluncuran produk rumah pintar baru yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI). Meskipun pembuat iPhone tersebut ingin mengukir ceruk di pasar yang sangat kompetitif, perusahaan itu akan menghadapi tantangan khusus AI yang belum pernah dihadapinya.

Apple dikabarkan tengah bergerak menuju pengembangan perangkat keras, dengan rencana untuk sistem operasi khusus, homeOS, dan serangkaian perangkat pintar bertenaga AI. Mari kita lihat apa saja yang berpotensi membebaninya.

Apple ingin memasuki pasar rumah pintar

Beberapa hari setelah peluncuran iPhone 16, Apple menggunakan AI untuk bersaing di pasar rumah pintar. Saat ini, Alexa milik Microsoft dan Asisten milik Google mendominasi pasar.

Bloomberg melaporkan bahwa Apple tengah berekspansi ke pasar baru sembari mengalihkan fokus ke pengembangan perangkat keras selama dua tahun ke depan. Raksasa teknologi itu akan menciptakan sistem operasi baru yang disebut homeOS, layar pintar, dan perangkat robotik kelas atas.

Pada saat yang sama, produsen iPhone sedang membangun protokol yang disebut Matter untuk memastikan kompatibilitas lintas platform.

Yang perlu diperhatikan adalah penggunaan kecerdasan buatan oleh Apple dalam platform Apple Intelligence untuk otomatisasi rumah dan peningkatan kontrol perangkat rumah.

Menjelang peluncurannya, Apple menghadapi dua tantangan sekaligus. Yang pertama adalah menghadirkan fitur-fitur baru dengan harga yang dapat bersaing dengan para pemain lama. Selain Google dan Microsoft, banyak pemain seperti Samsung dan LG menawarkan sistem rumah pintar bertenaga AI.

Yang kedua adalah menavigasi tantangan yang dihadirkan oleh AI.

Masalah di masa depan mungkin muncul karena kurangnya standarisasi

Shaktikanta Das, Gubernur Bank Sentral India (RBI), mengatakan pada hari Senin bahwa integrasi AI dapat menimbulkan risiko. Ia menyoroti bahwa mengandalkan beberapa penyedia teknologi dapat menimbulkan risiko konsentrasi. Das juga mengemukakan kekhawatiran bahwa layanan yang digerakkan oleh AI dapat memperbesar risiko sistemik dalam sektor keuangan.

Kita melihat tingkat upaya dan pendanaan yang sangat tinggi untuk menunjukkan bahwa AI tidak aman. Tidak ada teknologi baru lain yang harus bertahan terhadap serangan seperti itu.

Namun para penentang telah menunjukkan risiko marjinal yang jauh lebih kecil daripada yang diketahui pada komputasi dan Internet awal.

Paradigma baru yang paling aman sejauh ini.

— martin_casado (@martin_casado) 13 Oktober 2024

Risiko sentralisasi serupa dapat muncul di rumah pintar jika teknologi Apple gagal.

Sementara itu, AI telah menjadi sorotan karena melakukan bias, mengganggu privasi, dan praktik pengumpulan data yang ekstensif. Sebagian besar tuduhan ini sebagian besar disebabkan oleh algoritma AI yang adaptif dan ditujukan untuk personalisasi.

Sebuah blog penelitian menjelaskan bahwa perangkat rumah pintar berkomunikasi dengan bantuan Bluetooth, Wi-Fi, atau jaringan seluler. Baik jaringan maupun perangkat harus diamankan untuk melindunginya dari peretasan. Apple mungkin harus mengatasi tantangan konsistensi keamanan di seluruh jaringan dan perangkat di pasar tanpa standarisasi.

Tantangan lainnya adalah regulasi. Misalnya, Uni Eropa telah mengeluarkan kerangka kerja berbasis risiko pada praktik pengumpulan data AI melalui Undang-Undang AI. Undang-Undang AI mulai berlaku pada 1 Agustus 2024, dan akan berlaku sepenuhnya dalam dua tahun. Oleh karena itu, penggunaan AI oleh Apple di rumah pintar juga harus disesuaikan secara domestik agar sesuai dengan hukum yang berlaku.