Ketegangan antara Israel dan Iran telah memicu volatilitas pasar, yang memengaruhi berbagai aset, termasuk Bitcoin. Secara historis, selama masa ketidakpastian, investor sering kali berbondong-bondong ke aset safe haven seperti emas, dolar AS, dan obligasi pemerintah. Bitcoin terkadang disebut-sebut sebagai safe haven digital, terutama karena sifatnya yang terdesentralisasi dan independen dari sistem keuangan tradisional.
Namun, dalam menghadapi serangan rudal dari Iran terhadap Israel, harga Bitcoin terpengaruh secara negatif pada hari Selasa, menimbulkan pertanyaan tentang apakah Bitcoin benar-benar dapat berfungsi sebagai tempat berlindung di masa gejolak geopolitik. Volatilitas Bitcoin, meskipun reputasinya yang berkembang sebagai "emas digital," membuat perannya sebagai aset safe haven yang andal masih diperdebatkan.
Salah satu pertimbangan utama adalah bahwa pasar Bitcoin masih dipengaruhi oleh sentimen risiko yang lebih luas. Ketika ada ketakutan akan perang atau ketidakstabilan ekonomi, investor mungkin awalnya berusaha mengurangi paparan risiko, yang mengarah pada aksi jual bahkan pada Bitcoin. Aksi harga yang terlihat selama episode Israel-Iran ini menunjukkan bahwa Bitcoin mungkin belum matang menjadi aset safe haven yang konsisten, meskipun tetap menjadi pilihan bagi investor yang mencari alternatif penyimpanan nilai di luar pasar tradisional.
Seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, lintasan harga Bitcoin dapat terus mengalami reaksi jangka pendek yang didorong oleh sentimen penghindaran risiko. Apakah Bitcoin dapat bertindak sebagai perilaku investor safe haven yang andal di tengah kondisi yang terus berkembang?