Pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh Federal Reserve (Fed) AS biasanya dimaksudkan untuk menstimulasi perekonomian, dan hal ini dapat berfungsi untuk mencegah resesi atau mengurangi risiko resesi dalam jangka pendek. Namun, kemungkinan penurunan suku bunga memicu resesi juga dapat dievaluasi tergantung pada beberapa kondisi.
1. Penurunan Suku Bunga dan Kebangkitan Ekonomi:
Pemotongan suku bunga mendorong konsumen dan dunia usaha untuk meningkatkan pengeluaran dengan menurunkan biaya pinjaman. Dengan suku bunga yang lebih rendah, individu dapat memperoleh pinjaman dengan kondisi yang lebih menguntungkan, dan investasi serta konsumsi dapat meningkat.
Dalam keadaan normal, penurunan suku bunga digunakan sebagai tindakan pencegahan terhadap tanda-tanda resesi dan bertujuan untuk mencegah resesi. Namun, jika langkah ini tidak memberikan stimulus yang cukup terhadap perekonomian, risiko resesi masih mungkin terjadi.
2. Risiko Inflasi dan Stagflasi:
Pemotongan suku bunga dapat menyebabkan tekanan inflasi. Jika perekonomian sudah berada dalam periode inflasi yang tinggi, penurunan suku bunga dapat memicu inflasi lebih lanjut dengan meningkatkan permintaan. Risiko stagflasi (inflasi tinggi dan resesi) mungkin timbul dalam skenario seperti itu.
Jika inflasi sudah tinggi dan The Fed memangkas suku bunganya, pasar mungkin berpikir bahwa The Fed mengabaikan upaya melawan inflasi, dan hal ini dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan dalam jangka panjang. Hal ini dapat mengganggu stabilitas perekonomian.
3. Efek Samping Pengurangan Bunga:
Pemotongan suku bunga dapat mempercepat aliran modal dan menciptakan penggelembungan aset (misalnya pada harga saham atau real estat). Ketika gelembung aset tersebut pecah, tekanan besar dapat terjadi pada sistem keuangan dan menyebabkan resesi.
Selain itu, penurunan suku bunga dapat berdampak melemahnya dolar AS. Meskipun hal ini mendukung ekspor, hal ini dapat meningkatkan biaya impor dan memperburuk tekanan inflasi.
4. Masalah Struktural:
Jika perekonomian AS menghadapi masalah struktural (misalnya pertumbuhan produktivitas yang rendah, beban utang yang tinggi), meskipun penurunan suku bunga dapat mendukung pertumbuhan dalam jangka pendek, pertumbuhan mungkin akan terus melambat jika masalah tersebut tidak diselesaikan.
Penurunan suku bunga mungkin bisa menutupi beberapa kelemahan ekonomi, namun ketika kelemahan ini semakin terlihat jelas, maka resesi akan menjadi semakin tidak terhindarkan.
5. Pasar Keuangan dan Kepercayaan Investor:
Pemotongan suku bunga dapat menciptakan persepsi bahwa The Fed mempunyai ekspektasi yang lebih negatif terhadap prospek perekonomian. Investor mungkin berpikir The Fed menanggapi situasi ini dengan cukup serius sehingga siap mengambil tindakan yang lebih kuat untuk mendukung perekonomian. Namun, hal ini juga dapat menimbulkan ketidakpastian di pasar dan melemahkan kepercayaan investor.
Jika investor berpikir bahwa penurunan suku bunga adalah “pilihan terakhir”, pasar mungkin akan panik, sehingga mengakibatkan volatilitas di pasar keuangan.
6. Dampak Global:
Pemotongan suku bunga AS dapat mempercepat aliran modal ke pasar global. Namun, hal ini juga dapat menyebabkan utang dolar meningkat di negara-negara berkembang dan menyebabkan negara-negara tersebut kehilangan keseimbangan ekonominya. Hal ini dapat menimbulkan risiko perlambatan perekonomian global dan meningkatkan risiko resesi.
Kesimpulan 7: Risiko Resesi
Dalam jangka pendek, penurunan suku bunga kemungkinan tidak akan memicu resesi; Sebaliknya, hal itu bertujuan untuk mendukung kegiatan perekonomian. Namun, dalam kondisi dimana tekanan inflasi tinggi, permasalahan struktural tidak dapat diselesaikan atau kepercayaan investor melemah, penurunan suku bunga dapat meningkatkan risiko resesi dalam jangka panjang.
Jika penurunan suku bunga tidak cukup merangsang permintaan dan tidak menyelesaikan permasalahan struktural perekonomian, risiko resesi dapat terus berlanjut. Hal ini sangat mungkin terjadi ketika suku bunga rendah meningkatkan inflasi dan mengancam stabilitas keuangan.
Akibatnya, penurunan suku bunga mungkin berperan dalam mendukung pertumbuhan dalam jangka pendek, namun dapat berkontribusi terhadap resesi dalam jangka panjang jika risiko-risiko lain dalam perekonomian tidak dikelola dengan baik.