SingularityNET fetch ai

Berita: Aliansi ASI mempromosikan desentralisasi infrastruktur cloud sebagai solusi utama untuk memastikan keamanan, ketahanan, dan demokratisasi dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI).

Dengan cara ini, kerentanan yang terkait dengan layanan terpusat seperti AWS, Google Cloud, dan Microsoft Azure dapat dikurangi. Mari kita lihat semua detailnya di bawah ini.

Pentingnya desentralisasi untuk keamanan layanan cloud di era AI: berita ASI Alliance

Dengan pesatnya evolusi intelligenza artificiale (IA), makin tumbuh minat terhadap pengembangan infrastruktur teknologi yang lebih aman, efisien, dan tangguh.

Salah satu topik yang paling banyak diperdebatkan adalah desentralisasi layanan cloud, suatu area yang baru-baru ini mendapat perhatian besar dari ASI Alliance, sebuah organisasi yang mempromosikan kecerdasan buatan umum (AGI).

Proposal mereka didasarkan pada gagasan bahwa infrastruktur cloud terpusat saat ini, yang dikelola oleh raksasa seperti Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, dan Microsoft Azure, menghadirkan risiko signifikan terhadap keamanan dan inovasi.

Hal ini disebabkan oleh kerentanan pada satu titik kegagalan. Aliansi ASI berpendapat bahwa layanan cloud terpusat dapat menimbulkan bahaya bagi keamanan dan kelangsungan operasional sistem yang mendukung AI.

Humayun Sheikh, CEO Fetch.ai dan presiden ASI Alliance, menjelaskan bagaimana infrastruktur terpusat rentan terhadap berbagai jenis serangan siber dan gangguan layanan.

Ketergantungan pada satu penyedia layanan akan membuat seluruh sistem terpapar risiko yang dapat melumpuhkan operasinya.

Jika satu platform mengalami serangan atau kegagalan fungsi, konsekuensinya dapat menghancurkan semua perusahaan dan organisasi yang menggunakannya.

Sheikh menekankan bagaimana desentralisasi cloud merupakan solusi efektif untuk mengurangi kerentanan ini.

Dalam sistem yang terdesentralisasi, data dan kontrol didistribusikan ke beberapa node independen, memastikan bahwa jika salah satu dari node tersebut gagal, sistem secara keseluruhan tetap stabil dan beroperasi.

Arsitektur terdistribusi ini membuat infrastruktur cloud tidak mudah rentan terhadap kegagalan besar, meningkatkan ketahanan dan keamanan aplikasi serta data yang ada di sana.

Tantangan desentralisasi

Meskipun memiliki banyak keuntungan, transisi ke infrastruktur cloud yang terdesentralisasi bukan tanpa kendala. Sheikh mengakui bahwa teknologi ini menghadirkan kompleksitas teknis yang signifikan, termasuk pengelolaan skalabilitas dan koordinasi antar node yang terdistribusi.

Sinkronisasi dan pemeliharaan integritas data antara node yang berbeda memerlukan infrastruktur canggih, yang mampu memastikan kinerja yang konsisten dan keandalan yang tinggi. Faktor-faktor ini merupakan tantangan signifikan bagi adopsi cloud terdesentralisasi dalam skala besar.

Lebih jauh, ada masalah terkait tata kelola dan regulasi. Sistem terdesentralisasi tidak memiliki otoritas pusat yang dapat memastikan kepatuhan terhadap regulasi, termasuk regulasi tentang perlindungan data.

Hal ini membuat pengawasan operasi dan penerapan standar homogen dalam skala besar menjadi lebih rumit. Aspek yang sangat penting dalam sektor yang sangat diatur seperti keuangan dan perawatan kesehatan, di mana AI memainkan peran yang semakin penting.

Selain aspek yang terkait dengan keamanan, Aliansi ASI menyoroti bagaimana desentralisasi dapat mendemokratisasi akses ke sumber daya komputasi yang diperlukan untuk mengembangkan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan.

Saat ini, sebagian besar daya komputasi terpusat di tangan beberapa penyedia layanan cloud besar, yang mendikte aturan main bagi siapa pun yang ingin mengembangkan solusi berbasis AI.

Hal ini menciptakan hambatan masuk yang signifikan bagi bisnis kecil dan pengembang independen, yang berjuang untuk bersaing dengan sumber daya perusahaan besar.

Di sisi lain, infrastruktur cloud yang terdesentralisasi akan mendistribusikan daya komputasi dan data di antara node-node independen, sehingga mendorong akses yang lebih adil terhadap sumber daya.

Sheikh menyatakan bahwa distribusi ini akan mendorong persaingan yang lebih besar dan merangsang pengembangan teknologi AI baru.

Dengan cara ini, bahkan usaha kecil dan pengembang individu pun dapat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam pasar kecerdasan buatan, tanpa harus bergantung pada penyedia layanan cloud besar.

Menuju masa depan yang terdesentralisasi

Gagasan desentralisasi tidak terbatas hanya pada infrastruktur teknologi. Para visioner seperti Vitalik Buterin, salah satu pendiri Ethereum, mendorong masa depan di mana bahkan kota dan lembaga sosial pun terdesentralisasi.

Secara khusus berdasarkan pada prinsip-prinsip kesetaraan, demokrasi, dan distribusi sumber daya.

Dalam visi ini, desentralisasi bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat modern dapat diorganisir untuk memastikan distribusi peluang dan manfaat ekonomi yang lebih adil.

Kesimpulannya, desentralisasi infrastruktur cloud merupakan peluang penting untuk mengatasi tantangan yang muncul di bidang kecerdasan buatan, baik dari segi keamanan maupun akses ke sumber daya.

Namun, seperti yang disoroti oleh ASI Alliance, transisi ini akan memerlukan upaya teknis dan regulasi yang signifikan.

Jika diterapkan dengan sukses, desentralisasi cloud tidak hanya dapat mengurangi risiko yang terkait dengan sistem terpusat tetapi juga mendorong kesetaraan dan inovasi yang lebih besar di bidang kecerdasan buatan.

Akibatnya membuka jalan bagi peluang baru bagi perusahaan dan pengembang dari semua ukuran.