• Komunitas XRP menuduh SEC lebih mengutamakan Bitcoin dan Ethereum, dengan menargetkan XRP.

  • Ketidakkonsistenan regulasi SEC memicu perdebatan, dengan klaim favoritisme terhadap Ethereum.

  • SEC menantang rencana kebangkrutan FTX, dengan alasan kekhawatiran atas transaksi aset kripto.

Komunitas XRP telah melontarkan tuduhan serius terhadap Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), dengan mengklaim bahwa lembaga tersebut memanipulasi pasar mata uang kripto untuk menguntungkan Bitcoin dan Ethereum sambil menargetkan XRP milik Ripple. Kontroversi ini berpusat pada pendekatan regulasi SEC dan tindakan terkini yang telah mengintensifkan pengawasan dan perdebatan.

Ketidakkonsistenan Regulasi dan Pernyataan Kontroversial

Tuduhan tersebut muncul dari pemeriksaan kritis komunitas XRP terhadap tindakan dan keputusan SEC. Mereka berpendapat bahwa SEC telah menunjukkan favoritisme terhadap Bitcoin dan Ethereum, yang memungkinkan keduanya berkembang pesat sambil memberlakukan pembatasan ketat pada XRP. Klaim ini telah dipicu oleh pernyataan sebelumnya dari William Hinman, mantan direktur SEC, yang membuat pernyataan kontroversial tentang status Ethereum sebagai non-sekuritas.

Para penggemar kripto telah menunjuk ke sebuah video yang memperlihatkan Nancy Wojtas, mantan penasihat SEC. Dalam komentarnya, ia membahas sifat mata uang kripto yang mudah berubah, yang menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi regulasi SEC. Pernyataan Wojtas menunjukkan bahwa SEC mungkin sengaja menciptakan area abu-abu untuk menguntungkan mata uang kripto tertentu dibandingkan mata uang kripto lainnya.

Perbedaan dalam Praktik Pengawasan dan Regulasi

Selain itu, komunitas XRP mempertanyakan mengapa salah seorang pendiri Ethereum, Vitalik Buterin, yang mengaku menjual Ether untuk mendanai proyek lain, tidak menghadapi pengawasan serupa. Sementara Buterin menyatakan bahwa penjualannya ditujukan untuk mendukung proyek dan kegiatan amal yang berharga, komunitas XRP melihat hal ini tidak konsisten dengan pendekatan ketat SEC terhadap Ripple.

Rasa frustrasi dalam komunitas XRP menyoroti kekhawatiran yang lebih luas tentang ketidakkonsistenan regulasi. Pengacara pro-XRP Bill Morgan menyuarakan sentimen ini, membandingkan perlakuan SEC terhadap Ripple dengan sikapnya yang lebih lunak terhadap Ethereum. Morgan juga merujuk pada komentar Elon Musk tentang perilaku monopoli oleh regulator industri, yang menunjukkan bahwa tindakan SEC telah menguntungkan mata uang kripto tertentu secara tidak adil.

Peringatan SEC terhadap Sengketa FTX dan Kepailitan

Kontroversi ini menggarisbawahi perlunya praktik regulasi yang transparan dan konsisten di sektor mata uang kripto. Seiring berlanjutnya perdebatan, hal ini menyoroti isu-isu penting terkait keadilan pasar dan dampak keputusan regulasi terhadap masa depan berbagai aset digital.

Dalam perkembangan terpisah, SEC telah mengeluarkan peringatan kepada FTX terkait proses kebangkrutannya. FTX, yang dipimpin oleh CEO John Ray III dan penasihat hukum Sullivan & Cromwell, telah mengusulkan untuk membayar kembali kreditor dengan stablecoin daripada uang tunai. Namun, SEC telah mencadangkan hak untuk menentang rencana ini, dengan alasan kekhawatiran atas legalitas transaksi semacam itu yang melibatkan aset kripto.

Selain itu, SEC telah bergabung dengan U.S. Trustee dalam menentang ketentuan dalam rencana kebangkrutan FTX yang akan melindungi debitur dari tindakan hukum di masa mendatang. Penentangan ini mencerminkan perselisihan yang sedang berlangsung mengenai bagaimana FTX harus menangani kewajiban keuangannya dan biaya administratif kebangkrutannya, yang telah melampaui $800 juta.

āš ļøPenafian

Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi bagi para pembaca. Selalu lakukan riset independen dan gunakan dana diskresioner sebelum berinvestasi. Semua aktivitas pembelian, penjualan, dan investasi aset kripto menjadi tanggung jawab pembaca.

#SEC #XRP