TLDR:

  • Presiden Prancis Macron bantah mengundang CEO Telegram Pavel Durov ke Prancis

  • Durov ditangkap dan didakwa dengan sejumlah pelanggaran terkait operasi Telegram

  • Macron membela pemberian kewarganegaraan Prancis kepada Durov pada tahun 2021

  • Durov memiliki beberapa kewarganegaraan, termasuk Prancis, UEA, dan Rusia

  • Kasus ini memicu perdebatan tentang kebebasan online dan regulasi teknologi.

Pihak berwenang Prancis menangkap CEO Telegram Pavel Durov pada 26 Agustus 2024, yang memicu badai kontroversi dan menimbulkan pertanyaan tentang hubungan pengusaha teknologi tersebut dengan berbagai negara.

Durov, yang diberi kewarganegaraan Prancis pada tahun 2021, menghadapi enam dakwaan terkait operasi Telegram, termasuk penolakan untuk bekerja sama dengan penegak hukum dan keterlibatan dalam mengelola platform daring “untuk memungkinkan transaksi ilegal dalam kelompok terorganisasi.”

Penangkapan itu terjadi di bandara Le Bourget dekat Paris, dengan Durov dilaporkan mengatakan kepada polisi bahwa dia berada di negara itu untuk makan malam dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Namun, Macron membantah keras telah mengundang Durov atau mengetahui kunjungannya ke Prancis. Berbicara dalam konferensi pers selama kunjungan diplomatik ke Serbia, Macron menyatakan, "Sejauh yang saya ketahui, saya sama sekali tidak mengetahui kedatangan Tn. Durov ke Prancis."

Macron membela keputusan pemberian kewarganegaraan Prancis kepada Durov pada tahun 2021, dengan menggambarkannya sebagai bagian dari strategi untuk menarik individu-individu berbakat yang berkontribusi terhadap pengaruh dan kemakmuran ekonomi Prancis.

Presiden Prancis menjelaskan, “Ini adalah bagian dari strategi untuk memberikan kewarganegaraan Prancis kepada perempuan dan laki-laki, baik seniman, atlet, atau pengusaha, ketika mereka berupaya mempelajari bahasa Prancis dan mengembangkan kekayaan, inovasi ….”

Kasus ini menarik perhatian pada kewarganegaraan ganda yang dimiliki Durov. Selain kewarganegaraan Prancis, Durov juga memiliki kewarganegaraan Uni Emirat Arab, tempat kantor pusat Telegram berada, serta Rusia, tempat kelahirannya.

Ia juga memperoleh kewarganegaraan di negara Karibia Saint Kitts dan Nevis melalui program investasi.

Hubungan Durov dengan Rusia telah menjadi sorotan. Meskipun ia menggambarkan dirinya sebagai penentang Kremlin, setelah meninggalkan Rusia pada tahun 2014 setelah ketegangan dengan pihak berwenang, laporan menunjukkan bahwa ia mempertahankan hubungan dengan negara tersebut. Media pemerintah Rusia melaporkan bahwa Moskow telah meminta akses konsuler kepada Durov setelah penangkapannya, tetapi ia menolak tawaran tersebut.

Dakwaan terhadap Durov bermula dari dugaan keengganan Telegram untuk bekerja sama dalam kasus pelecehan anak. Jaksa penuntut Prancis menuduhnya terlibat dalam kegiatan kriminal di platform tersebut, termasuk perdagangan narkoba dan distribusi materi pelecehan seksual anak.

Pengacara Durov, David-Olivier Kaminski, menyebut tuduhan tersebut "benar-benar tidak masuk akal," dan menyatakan tidak masuk akal untuk melibatkan pemilik jejaring sosial dalam kejahatan yang tidak secara langsung berkaitan dengannya.

Penangkapan tersebut telah memicu kembali perdebatan tentang kebebasan berbicara, privasi, dan moderasi konten daring. Tokoh terkemuka di industri teknologi, termasuk pemilik X Elon Musk dan pendiri ProtonMail Andy Yen, telah mengecam tindakan otoritas Prancis, yang dianggap sebagai ancaman terhadap kebebasan berekspresi.

Telegram, yang diluncurkan pada tahun 2013, telah menjadi platform pengiriman pesan populer dengan hampir satu miliar pengguna. Aplikasi ini banyak digunakan oleh para pembangkang politik, personel militer, dan berbagai kelompok yang mencari komunikasi yang aman. Keengganan platform ini untuk bekerja sama dengan pihak berwenang telah menjadikannya target bagi pemerintah yang khawatir tentang potensi penyalahgunaannya.

Durov dibebaskan dengan jaminan €5 juta pada 30 Agustus 2024, tetapi harus tetap berada di Prancis dan melapor kepada penegak hukum setiap minggu. Kasus ini terus berkembang, dengan pengamat internasional mengamati dengan saksama implikasinya terhadap regulasi teknologi dan kebebasan daring.

Postingan Macron Menyangkal Mengundang Durov ke Prancis, Membela Pemberiannya Kewarganegaraan muncul pertama kali di Blockonomi.