Uni Emirat Arab (UEA) dilaporkan telah meminta pejabat Prancis untuk memberi mereka akses ke CEO Telegram Pavel Durov. Durove adalah warga negara tersebut dan ditangkap di Prancis pada hari Sabtu atas peran aplikasi perpesanan tersebut dalam berbagai kejahatan.
UEA "mengikuti kasus ini dengan saksama," kata Menteri Luar Negeri Afra Al Ahmeli pada hari Selasa. Selain itu, mereka telah meminta "pemerintah Republik Prancis untuk segera menyediakan semua layanan konsuler yang diperlukan."
UEA Berupaya Mendapatkan Akses ke CEO Telegram di Tengah Penangkapan yang Kontroversial
Penangkapan pendiri dan CEO Telegram pada akhir pekan lalu menjadi berita utama. Pavel Druove ditangkap di bandara Le Bourget, Prancis, atas tuduhan yang ditujukan pada platform pengiriman pesannya. Secara khusus, pihak berwenang mengklaim aplikasi tersebut digunakan untuk kegiatan ilegal, termasuk perdagangan narkoba dan kejahatan pelecehan anak.
Situasinya semakin rumit sepanjang minggu ini. UEA secara resmi telah meminta otoritas Prancis untuk memberikan akses kepada CEO Telegram. Mereka telah mencatat bahwa mereka mengikuti situasi tersebut dengan cermat. Namun, mereka bukan satu-satunya negara yang berusaha membantu Durov.
Selasa pagi, Rusia juga menuntut akses ke CEO tersebut. Lahir di St. Petersburg, Durov tinggal di Rusia hingga 2013, sambil tetap mempertahankan kewarganegaraan Prancis. Namun, saat ini ia tinggal di Dubai, tempat platform Telegram berada.
Telegram saat ini memiliki 900 juta pengguna aktif dan menjadi akar dari penangkapan Durov. Secara khusus, pejabat Prancis mengklaim bahwa pendirinya menolak membantu pihak berwenang yang berusaha menggunakan aplikasi tersebut untuk menangkap penjahat. Laporan mengklaim Durov tidak akan mengizinkan penyadapan dilakukan oleh penyidik untuk menangkap berbagai penjahat.
Durov telah menerima curahan dukungan dari beberapa orang. Di antaranya adalah pendiri TRON, Justin Sun. Awal minggu ini, Sun berjanji akan menyumbangkan $1 juta kepada DAO yang berkomitmen untuk membantu membebaskan kreator Telegram tersebut.