Menurut laporan triwulanan oleh Ripple, perusahaan yang berkantor pusat di San Francisco saat ini memiliki 4,682 miliar token XRP di dompetnya.
Selain itu, ia juga memiliki 39,5 miliar token XRP yang tunduk pada penguncian escrow di buku besar.
Ripple awalnya memperkenalkan sistem escrow pada tahun 2017, mengunci 55 miliar token. Perusahaan membuka satu miliar token setiap bulan, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Perlu dicatat bahwa Ripple juga secara rutin mengunci kembali beberapa token yang baru dirilis.
Awal tahun ini, CTO Ripple David Schwartz menjelaskan bahwa token escrow Ripple dapat dibakar dengan melakukan “blackholing” pada akun terkait. Namun, skenario seperti itu nampaknya tidak masuk akal.
Menurut Schwartz, rencana awal Ripple adalah menggunakan hadiah, tetapi hadiah tersebut tidak lagi menjadi pilihan yang tepat setelah harga XRP naik ke harga pasar. “Kami mencoba berbagai hal lain seperti penjualan dengan lockup dan penggunaan XRP untuk memberikan insentif kepada mitra. Dan apa yang kami temukan adalah bahwa segala sesuatu yang berhasil kurang lebih tidak ada bedanya dengan menjual XRP,” tambahnya.
Sorotan utama dari laporan terbaru
Menurut laporan triwulanan Ripple, XRP mengalami peningkatan volatilitas pada kuartal kedua, dengan realisasi volatilitas tetap di atas 90%. Namun, realisasi volatilitas akhirnya menurun menjadi 45% pada paruh kedua kuartal ini.
kartu
Sementara itu, aktivitas on-chain di XRP Ledger jauh lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya.
Selama kuartal kedua, Ripple juga mengungkapkan nama stablecoinnya dan melanjutkan perjuangan hukum jangka panjangnya melawan SEC.