Menurut ShibDaily, survei terbaru oleh Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) telah mengungkapkan bahwa rumah tangga yang tidak memiliki rekening bank di Amerika Serikat lebih sering menggunakan mata uang kripto daripada rumah tangga yang memiliki rekening bank penuh. Survei yang dirilis pada 12 November 2023 ini menganalisis respons dari sekitar 60.000 rumah tangga untuk mengidentifikasi tren penggunaan mata uang kripto di berbagai demografi.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa 6,2% rumah tangga yang tidak memiliki rekening bank, yang didefinisikan sebagai mereka yang memiliki rekening bank tetapi juga bergantung pada layanan nonbank seperti pinjaman gaji atau pencairan cek, menggunakan mata uang kripto. Hal ini berbeda dengan 4,8% rumah tangga yang memiliki rekening bank penuh. Rumah tangga yang tidak memiliki rekening bank mencakup sekitar 14,2% rumah tangga di AS, yang setara dengan sekitar 19 juta rumah tangga. Survei tersebut juga menyoroti bahwa penggunaan mata uang kripto jauh lebih tinggi di kalangan rumah tangga yang lebih muda, berpendidikan tinggi, dan usia kerja, serta di kalangan rumah tangga Asia dan kulit putih.

Kesenjangan pendapatan terlihat jelas dalam hasil survei, dengan 7,3% rumah tangga berpenghasilan $75.000 atau lebih menggunakan mata uang kripto, dibandingkan dengan hanya 1,1% dari mereka yang berpenghasilan kurang dari $15.000. Mayoritas rumah tangga yang menggunakan mata uang kripto menyimpannya sebagai investasi, sementara hanya 4,4% yang menggunakannya untuk pembelian daring. Laporan tersebut juga mencatat bahwa hanya 1,2% rumah tangga yang tidak memiliki rekening bank, mereka yang tidak memiliki rekening giro atau tabungan, menggunakan mata uang kripto. Sebagian besar rumah tangga yang tidak memiliki rekening bank terus bergantung pada uang tunai, kartu prabayar, dan aplikasi pembayaran daring seperti PayPal atau Venmo.

Ketua FDIC Martin Gruenberg menekankan kesenjangan yang terjadi dalam akses perbankan di antara rumah tangga minoritas, berpendapatan rendah, penyandang disabilitas, dan orang tua tunggal, dan menyoroti perlunya solusi yang tepat guna menjembatani kesenjangan ini. Survei tersebut menggarisbawahi perbedaan dalam cara mata uang kripto dipersepsikan dan digunakan di antara berbagai kelompok rumah tangga. Sementara sebagian besar pengguna memegang mata uang kripto terutama sebagai investasi, rumah tangga yang lebih muda dan berpendapatan tinggi lebih cenderung bereksperimen dengannya untuk investasi dan transaksi. Sebaliknya, kelompok berpendapatan rendah sering menghadapi hambatan seperti keterbatasan literasi dan sumber daya keuangan, yang memengaruhi kemampuan mereka untuk terlibat dengan aset digital.

Dengan meningkatnya adopsi mata uang kripto di antara kelompok yang kurang memiliki akses perbankan, regulator seperti FDIC semakin berfokus pada perlindungan konsumen dan literasi keuangan. Temuan tersebut menunjukkan semakin dibutuhkannya kebijakan yang mengatasi pergeseran dalam akses keuangan ini, terutama karena semakin banyak warga Amerika yang mencari alternatif untuk layanan perbankan tradisional.