Menurut CoinDesk: Bitcoin (BTC) siap menghadapi potensi pergeseran pasar karena menunggu data penting inflasi AS dan sinyal pasar obligasi. Laporan Indeks Harga Konsumen (CPI) AS, yang akan dirilis pada hari Kamis pukul 12:30 UTC (8:30 ET), diperkirakan akan menunjukkan kemajuan berkelanjutan dalam hal inflasi, yang dapat memperkuat argumen bagi Federal Reserve (Fed) penurunan suku bunga.

Harapan Utama dan Implikasi Pasar

- Inflasi IHK Bulanan: Diperkirakan naik 0,1% bulan ke bulan (MoM) di bulan Juni setelah tetap datar di bulan Mei.
- Inflasi CPI Tahunan: Perkiraan meningkat sebesar 3,1% tahun-ke-tahun (YoY), turun dari 3,3% pada bulan Mei.
- Inflasi CPI Inti: Diprediksi naik 0,2% MoM dan 3,4% YoY, tidak termasuk harga pangan dan energi yang bergejolak.

Dampak pada Bitcoin dan Aset Berisiko

Meningkatnya prospek penurunan suku bunga The Fed dapat menjadi pertanda baik bagi aset-aset berisiko, termasuk Bitcoin, yang berpotensi membantu pemulihannya dari posisi terendah pada 5 Juli di sekitar $53.500. Namun, pemulihan terhenti, dengan pembeli BTC berjuang untuk membangun pijakan di atas angka $59,000.

Perusahaan perdagangan algoritmik Wintermute mengatakan kepada CoinDesk, “Data CPI akan diawasi dengan ketat, dengan pasar diperkirakan akan bereaksi secara signifikan terhadap rilis ini. Prospek optimis para analis untuk akhir tahun 2024 dan 2025 bergantung pada FOMC yang menurunkan suku bunga kebijakan, karena suku bunga yang lebih rendah biasanya meningkatkan likuiditas, mendorong investor menuju aset 'berekor panjang' seperti cryptocurrency."

Kurva Imbal Hasil Treasury dan Sentimen Pasar

Pembeli BTC juga harus memantau potensi "pendalaman" kurva imbal hasil Treasury. Inflasi yang lebih lambat dan peningkatan taruhan penurunan suku bunga dapat meningkatkan harga obligasi dua tahun, sehingga menurunkan imbal hasil (yield) lebih rendah. Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi 10-tahun mungkin tetap tinggi karena kekhawatiran pasar akan defisit anggaran yang lebih besar pada masa kepemimpinan Trump.

Efek bersihnya bisa berupa "penurunan tajam" pada kurva imbal hasil, yang diwakili oleh selisih antara imbal hasil pada obligasi 10 dan dua tahun. Secara historis, periode kenaikan yang curam bertepatan dengan kontraksi ekonomi dan penghindaran risiko, yang dapat berdampak pada sentimen pasar yang lebih luas, termasuk Bitcoin.

Konteks Sejarah dan Wawasan Pakar

Menurut Asosiasi CAIA, periode kenaikan, seperti yang terjadi pada tahun 1990-1992, 2001, 2003, 2008, dan 2020, merupakan periode resesi. “Ekuitas biasanya tidak berjalan dengan baik selama rezim seperti ini, dan kinerjanya selama masa-masa ini jelas tertinggal dari rata-rata historis secara keseluruhan,” kata CAIA.

Noelle Acheson, penulis buletin "Crypto Is Macro Now", mengamati bahwa penurunan tajam selalu mendahului dimulainya resesi. Acheson menambahkan bahwa kurva tersebut baru-baru ini semakin curam karena ketidakpastian politik yang masih ada di AS, yang dapat menyiratkan kemungkinan kenaikan inflasi yang didorong oleh tarif dan membanjirnya penerbitan obligasi untuk mendanai pemotongan pajak yang dijanjikan.

Pandangan Pasar

Bank investasi seperti JPMorgan dan Citi bertaruh pada semakin curamnya kurva imbal hasil. Menurut alat FedWatch CME, para pedagang telah memperkirakan sekitar 70% peluang penurunan suku bunga Fed pada bulan September dan melihat kemungkinan peningkatan penurunan suku bunga lagi pada bulan Desember.