Penurunan data inflasi AS baru-baru ini telah membuat pasar tradisional melonjak. S&P 500 mencapai level tertinggi baru, didorong oleh prospek Federal Reserve yang lebih akomodatif dan potensi penurunan suku bunga. Namun, pasar mata uang kripto tampaknya kehilangan arah. Bitcoin dan aset digital lainnya tetap lemah, meskipun secara historis mendapat manfaat dari kondisi ekonomi serupa. Mari selidiki alasan di balik teka-teki kripto ini.

Suku Bunga Lebih Rendah, Likuiditas Lebih Tinggi

Biasanya, lingkungan suku bunga rendah ditambah dengan peningkatan likuiditas menciptakan tempat yang tepat untuk aset-aset berisiko. Investor, dengan lebih banyak modal dan pengembalian investasi tradisional yang lebih rendah, sering kali tertarik pada aset dengan pertumbuhan tinggi seperti mata uang kripto. Dinamika ini secara teoritis akan menguntungkan Bitcoin dan sejenisnya, karena semakin banyak modal yang beredar berarti peningkatan permintaan.

Undang-Undang Penyeimbangan The Fed

Federal Reserve AS memainkan peran penting dalam mengelola inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Ketika inflasi terancam menjadi tidak terkendali, The Fed menaikkan suku bunga. Hal ini menghambat peminjaman dan investasi, sehingga memperlambat perekonomian dan mengurangi inflasi. Sebaliknya, ketika pertumbuhan ekonomi terhenti, The Fed dapat menurunkan suku bunga dan menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem, sehingga merangsang pinjaman dan investasi. Namun kebijakan ekspansif ini juga dapat berkontribusi terhadap kenaikan inflasi.

Disonansi Disinflasi:

Data inflasi terbaru, yang dirilis pada bulan Mei 2024, menunjukkan perlambatan yang cukup baik. Indeks inti Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang merupakan ukuran inflasi utama, naik sebesar 2,6% dari tahun ke tahun, sejalan dengan ekspektasi para ekonom dan menandai pertama kalinya sejak Maret 2021 bahwa inflasi turun di bawah target The Fed sebesar 2%. Perkembangan positif ini, ditambah dengan tingkat pengangguran yang sehat sebesar 4% dan peningkatan pendapatan pribadi, mendorong pasar saham mencapai rekor tertinggi.

Meskipun inflasi yang lebih rendah dan prospek penurunan suku bunga mungkin tampak seperti resep untuk ledakan kripto, ada faktor lain yang meredam semangat tersebut: kebangkitan dolar AS. Secara teori, mata uang kripto, dengan kelangkaan dan sifat desentralisasinya, seharusnya bisa berkembang dalam lingkungan dengan kebijakan moneter yang longgar. Namun, keberhasilan The Fed melawan inflasi telah memperkuat dolar dibandingkan mata uang utama lainnya, sebagaimana dibuktikan dengan meningkatnya Indeks Dolar AS (DXY). Dolar yang lebih kuat membuat aset dalam mata uang dolar seperti saham lebih menarik bagi investor, sehingga berpotensi mengurangi permintaan mata uang kripto.

Sentimen pasar saat ini mengarah pada “soft landing,” dimana The Fed berhasil menurunkan inflasi tanpa memicu resesi. Skenario ini dapat mengarah pada pertumbuhan berkelanjutan di pasar saham tanpa gangguan signifikan pada pasar real estate. Investor, yang mengantisipasi hasil ini, tampaknya puas memarkir modalnya pada aset tradisional.

Meskipun iklim ekonomi saat ini mungkin tidak memberikan dampak langsung yang dibutuhkan pasar kripto, masih terdapat beberapa ketidakpastian. Keputusan kebijakan moneter The Fed di masa depan dan pergerakan dolar AS secara keseluruhan akan berdampak signifikan pada lanskap kripto. Akibatnya, potensi kenaikan Bitcoin dan mata uang kripto lainnya pada akhir tahun 2024 masih mungkin terjadi.