• Telegram menjadi surganya aktivitas terlarang karena enkripsi.

  • Toncoin menawarkan Telegram jalan menuju monetisasi tanpa iklan.

  • Para ahli memperingatkan kripto dapat memicu aktivitas ilegal di Telegram.

Telegram, aplikasi perpesanan terenkripsi populer yang terkenal dengan fitur privasinya, telah menjadi pasar yang berkembang pesat untuk barang dan jasa terlarang, menurut penyelidikan terbaru oleh Fortune Crypto.

Enkripsi end-to-end platform ini, yang dirancang untuk melindungi komunikasi pengguna, secara tidak sengaja telah menciptakan surga bagi aktivitas ilegal, yang mencerminkan anonimitas web gelap.

Proyek blockchain Telegram, The Open Network (TON), dengan mata uang kripto aslinya, Toncoin, dipuji sebagai solusi potensial untuk monetisasi sambil mematuhi peraturan. Cosmo Jiang, seorang eksekutif di Pantera Capital, sebuah perusahaan modal ventura dengan investasi signifikan di TON, menyatakan bahwa Toncoin menawarkan “potensi tertinggi untuk mempertahankan kendali dan menghasilkan uang.” Jiang juga mencatat bahwa Toncoin adalah “aset likuid terbesar di neraca Telegram.”

Namun, para skeptis berpendapat bahwa proyek kripto Telegram dapat memperburuk aktivitas terlarangnya dengan mengizinkan pelaku kejahatan mendapatkan mata uang kripto dari konten mereka. David Maimon, Profesor Peradilan Pidana dan Kriminologi di Universitas Negeri Georgia, telah mempelajari aktivitas ilegal di Telegram secara ekstensif. Ia mengamati, “Membuat akun Telegram lebih mudah daripada membuat akun Facebook,” dan menambahkan, “Telegram kini menjadi platform utama untuk aktivitas terlarang.”

Menurut laporan tersebut, Telegram, dengan lebih dari 900 juta pengguna bulanan, menawarkan enkripsi ujung ke ujung yang “mengungkapkan 0 byte data pengguna kepada pihak ketiga, termasuk pemerintah.” Kurangnya pengawasan dilaporkan telah mengubah platform ini menjadi surga bagi transaksi ilegal, menawarkan segala hal mulai dari obat-obatan terlarang hingga senjata api. Misalnya, pengguna dapat dengan mudah menemukan saluran yang menjual identitas curian atau kredensial palsu.

Maraknya aktivitas terlarang di Telegram menimbulkan pertanyaan penting mengenai keseimbangan antara privasi dan keamanan di era digital. Meskipun enkripsi end-to-end adalah alat yang berharga untuk melindungi data pengguna, enkripsi ini juga dapat dieksploitasi oleh pelaku kejahatan. Hal ini memberikan tantangan bagi platform seperti Telegram, yang harus menemukan cara untuk mengatasi aktivitas ilegal tanpa mengorbankan prinsip-prinsip inti privasi dan kebebasan berekspresi yang menarik penggunanya.

Sisi Gelap Telegram: Aplikasi Terenkripsi Menjadi Surga bagi Aktivitas Terlarang