#Bitcoin , mata uang kripto terkemuka berdasarkan kapitalisasi pasar, telah menghadapi banyak tantangan pada tahun 2023 yang membuat harganya berada di bawah tekanan. Dari kendala peraturan hingga masalah teknis, Bitcoin telah berjuang untuk mempertahankan momentum dan dominasinya di ruang kripto. Berikut adalah beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap kesulitan Bitcoin tahun ini.
Ketidakpastian peraturan: Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) telah menunda keputusannya terhadap beberapa permohonan dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin spot dari manajer aset besar seperti BlackRock, Fidelity, VanEck, WisdomTree, dan Invesco. ETF Bitcoin spot akan memungkinkan investor untuk membeli dan menjual Bitcoin secara langsung melalui platform teregulasi, yang berpotensi meningkatkan permintaan dan likuiditas untuk aset digital. Namun, SEC telah menyatakan keprihatinannya tentang manipulasi pasar, penipuan, dan perlindungan investor di industri kripto, dan sejauh ini belum menyetujui ETF Bitcoin spot apa pun. Keragu-raguan SEC telah menciptakan ketidakpastian dan frustrasi di kalangan penggemar dan investor kripto, yang sangat menantikan hasil positif.
Inflasi dan suku bunga: Perekonomian global telah pulih dari dampak pandemi Covid-19, namun harus menanggung akibat dari kenaikan inflasi dan tingkat utang. Federal Reserve AS telah memberi isyarat bahwa mereka mungkin mulai mengurangi program pembelian obligasi dan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan untuk memerangi inflasi. Hal ini dapat berdampak negatif pada Bitcoin, karena suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti Bitcoin. Selain itu, inflasi yang lebih tinggi dapat mengikis daya beli mata uang fiat, menjadikan Bitcoin kurang menarik sebagai penyimpan nilai dan alat tukar.
Persaingan dan inovasi: Pasar kripto menjadi lebih beragam dan kompetitif pada tahun 2023, dengan proyek dan inovasi baru bermunculan setiap hari. Beberapa tren paling populer termasuk keuangan terdesentralisasi (DeFi), token non-fungible (NFT), solusi lapisan-2, dan platform metaverse. Tren ini telah menarik lebih banyak pengguna dan modal ke dunia kripto, namun juga menimbulkan tantangan bagi Bitcoin. Misalnya, DeFi dan NFT sebagian besar dibangun di atas Ethereum, mata uang kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, yang menawarkan lebih banyak fungsionalitas dan skalabilitas daripada Bitcoin. Solusi lapisan-2, seperti Lightning Network, bertujuan untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi Bitcoin, namun juga menghadapi masalah likuiditas dan kebutuhan akan kesadaran pengguna yang lebih besar. Platform metaverse, seperti Decentraland dan Sandbox, menawarkan pengalaman virtual mendalam yang dapat menyaingi atau melengkapi visi Bitcoin mengenai ekonomi digital terdesentralisasi.
Antisipasi pengurangan separuh: Salah satu peristiwa yang paling dinanti dalam kalender kripto adalah pengurangan separuh Bitcoin, yang terjadi setiap empat tahun dan mengurangi imbalan untuk menambang blok baru sebesar 50%. Halving berikutnya diperkirakan terjadi pada tahun 2024, yang dapat memicu guncangan pasokan dan lonjakan harga Bitcoin. Namun, beberapa analis percaya bahwa tahun 2023 bisa menjadi tahun yang relatif tenang bagi Bitcoin, karena investor dan penambang bersiap menghadapi peristiwa halving. Menurut Alistair Milne, pendiri Altana Digital Currency Fund, tahun 2023 bisa menjadi "tahun konsolidasi" untuk Bitcoin sebelum kenaikan besar pada tahun 2024. Dia juga menyarankan bahwa Bitcoin bisa mencapai $300,000 pada akhir tahun depan.
Tahun ini (2023) merupakan tahun yang berat bagi Bitcoin, karena ia menghadapi banyak tantangan yang menguji ketahanan dan potensinya. Namun, Bitcoin masih memiliki banyak pendukung dan penganut yang melihatnya sebagai masa depan uang. Sebagai investor dan pendukung kripto, mengatakan: "Bitcoin akan tetap ada".