### Hard Fork dan Soft Fork: Perbedaan dan Pengertian

Dalam dunia blockchain dan cryptocurrency, konsep hard fork dan soft fork sering kali menjadi perbincangan penting, terutama ketika ada perubahan signifikan dalam protokol atau aturan jaringan. Kedua istilah ini merujuk pada metode untuk memperbarui atau mengubah perangkat lunak blockchain, tetapi mereka memiliki perbedaan mendasar dalam cara mereka bekerja dan dampaknya terhadap jaringan.

#### Pengertian Hard Fork

Hard fork adalah perubahan besar pada protokol blockchain yang membuat blok dan transaksi yang valid sebelumnya menjadi tidak valid (atau sebaliknya). Hard fork biasanya terjadi ketika ada ketidaksepakatan di antara para pengembang atau komunitas mengenai arah pengembangan masa depan dari sebuah cryptocurrency.

##### Karakteristik Hard Fork:

1. Inkompatibilitas dengan Versi Sebelumnya: Setelah hard fork, node yang menjalankan versi lama dari perangkat lunak tidak dapat lagi memvalidasi blok yang dihasilkan oleh node yang menjalankan versi baru. Ini menyebabkan jaringan terpecah menjadi dua rantai blockchain yang berbeda.

2. Pemisahan Jaringan: Jika ada cukup dukungan di kedua sisi, hard fork dapat mengarah pada pembentukan dua cryptocurrency yang berbeda. Contoh terkenal adalah Bitcoin dan Bitcoin Cash.

3. Perubahan Besar: Hard fork sering digunakan untuk memperkenalkan perubahan besar atau perbaikan yang tidak dapat dicapai dengan soft fork, seperti peningkatan ukuran blok, penambahan fitur baru, atau perubahan algoritma konsensus.

#### Pengertian Soft Fork

Soft fork adalah pembaruan perangkat lunak yang kompatibel dengan versi sebelumnya. Ini berarti node yang belum diperbarui masih dapat memvalidasi blok baru, selama blok tersebut mematuhi aturan baru yang lebih ketat.

##### Karakteristik Soft Fork:

1. Kompatibilitas dengan Versi Sebelumnya: Karena kompatibilitas mundur, soft fork tidak memerlukan semua node untuk diperbarui secara bersamaan. Node lama tetap dapat berfungsi dalam jaringan.

2. Konsensus yang Mudah Dicapai: Soft fork cenderung lebih mudah dicapai karena tidak memerlukan semua partisipan jaringan untuk memperbarui perangkat lunak mereka pada saat yang sama.

3. Peningkatan atau Pengetatan Aturan: Soft fork sering digunakan untuk membuat aturan jaringan lebih ketat tanpa menyebabkan ketidaksepakatan besar. Contoh terkenal dari soft fork adalah Segregated Witness (SegWit) di jaringan Bitcoin, yang memperkenalkan cara baru untuk menyimpan data transaksi.

#### Contoh Kasus

1. Hard Fork: Bitcoin dan Bitcoin Cash

Pada tahun 2017, terjadi ketidaksepakatan di komunitas Bitcoin tentang bagaimana meningkatkan kapasitas transaksi jaringan. Sebuah kelompok mendukung peningkatan ukuran blok dari 1 MB menjadi 8 MB untuk mengatasi masalah ini. Ketika konsensus tidak tercapai, terjadilah hard fork, dan terbentuklah Bitcoin Cash sebagai hasil dari pemisahan tersebut.

2. Soft Fork: Segregated Witness (SegWit)

Pada tahun 2017, SegWit diimplementasikan di jaringan Bitcoin melalui soft fork. SegWit mengubah cara data transaksi disimpan untuk mengatasi masalah malleabilitas transaksi dan meningkatkan kapasitas blok secara efektif tanpa meningkatkan ukuran blok itu sendiri. Node lama masih dapat memproses transaksi baru selama mereka mengikuti aturan baru.

#### Kesimpulan

Baik hard fork maupun soft fork adalah mekanisme penting dalam pengembangan dan pemeliharaan jaringan blockchain. Hard fork membawa perubahan besar yang tidak kompatibel dengan versi sebelumnya dan dapat menyebabkan pemisahan jaringan, sementara soft fork memperkenalkan perubahan yang lebih kecil dan kompatibel mundur, memungkinkan jaringan untuk tetap utuh. Pemilihan antara hard fork dan soft fork tergantung pada jenis perubahan yang diperlukan dan konsensus di antara komunitas pengguna dan pengembang.

$BTC $BCH